Asal Mula Kota Sabang dan Pulau Weh
Tak banyak literatur yang bisa diperoleh untuk menjelaskan asal-usul Kota Sabang. Legenda yang beredar di masyarakat Sabang, yang terletak di Pulau Weh, pulau itu dulunya bersatu dengan daratan Sumatera. Namun, akibat gempa bumi, ribuan bahkan belasan ribu tahun lampau, pulau ini terpisah dengan daratan. Begitu juga dengan pulau-pulau di sekitarnya, Seperti Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan Pulau Klah.
Sekitar tahun 301 sebelum Masehi, seorang Ahli bumi Yunani, Ptolomacus berlayar ke arah timur dan berlabuh di sebuah pulau tak terkenal di mulut selat Malaka, pulah Weh! Kemudian dia menyebut dan memperkenalkan pulau tersebut sebagai Pulau Emas di peta para pelaut.
Pada abad ke 12, Sinbad mengadakan pelayaran dari Sohar, Oman, jauh mengarungi samudera melalui rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman, Nias, Weh, Penang, dan Canton (China). Sinbad berlabuh di sebuah pulau dan juga menamainya Pulau Emas, pulau itu yang dikenal orang sekarang dengan nama Pulau Weh.
Dan pada awal abad ke-15. Penjelajah asal China, Cheng Ho, pernah singgah di sana tahun 1413-1415. Catatan Ma Huan, salah satu penerjemah Cheng Ho, menjelaskan bahwa di sebelah barat laut dari Aceh terdapat daratan dengan gunung menjulang, yang dia beri nama Gunung Mao. Di sana terdapat sekitar 30 keluarga. Banyak para ahli sejarah menegaskan bahwa yang dimaksud Gunung Mao itu adalah Pulau Weh.
Dalam bukunya Ying Yai Sheng Lan yang kemudian diterjemahkan menjadi The Overall Survey of The Ocean’s Shores, Ma Huan menceritakan bahwa daratan itu menjadi salah satu tempat persinggahan para saudagar dari berbagai negara.
Gunung Mao yang tampak mencolok dari lautan itu menjadi suar atau petanda bagi para saudagar. Sabang sendiri merupakan penghasil kayu laka terbaik serta penghasil bunga teratai.
Erond juga menduga bahwa Sabang saat itu menjadi salah satu bagian dari jaringan perdagangan maritim yang membentang dari Teluk Persia sampai China Selatan pada abad ke-12 sampai ke-15. Thailand, Sri Lanka, dan India termasuk di dalamnya.
Asal Mula Nama Sabang Dan Pulau Weh
Nama Sabang sendiri, berasal dari bahasa Aceh ”Saban”, yang berarti sama rata atau tanpa diskriminasi. Kata itu berangkat dari karakter orang Sabang yang cenderung mudah menerima pendatang atau pengunjung. Karakter ini agak berbeda dengan karakter orang Aceh umumnya yang cenderung tertutup terhadap orang yang baru mereka kenal.
Versi lain menyebutkan bahwa nama Sabang berasal dari bahasa arab, yaitu "Shabag" yang artinya gunung meletus. Dahulu kala masih banyak gunung berapi yang masih aktif di Sabang, hal ini masih bisa dilihat di gunung berapi di Jaboi dan Gunung berapi di dalam laut Pria Laot.
Sedangkan Pulau Weh berasal dari kata dalam bahasa aceh, ”weh” yang artinya pindah, menurut sejarah yang beredar Pulau Weh pada mulanya merupakan satu kesatuan dengan Pulau Sumatra, yakni penyatuan daratan sabang dengan daratan Ulee Lheue. Ulee Lheue di Banda Aceh berasal dari kata Ulee Lheueh ("Lheueh" ; yang terlepas). Syahdan, bahwa Gunung berapi-lah (yang teresbut diatas) meletus dan menyebabkan kawasan ini terpisah. Seperti halnya Pulau Jawa dan Sumatera dulu, yang terpisah akibat Krakatau meletus.
Pulau "W" / Weh / Sabang |
Menurut sebuah legenda menceritakan putri cantik jelita yang mendiami pulau ini meminta kepada Sang Pencipta agar tanah di pulau-pulau ini bisa ditanami. Untuk itu, dia membuang seluruh perhiasan miliknya sebagai bukti keseriusannya. Sebagai balasannya, Sang Pencipta kemudian menurunkan hujan dan gempa bumi di kawasan tersebut.
Kemudian terbentuklah danau yang lalu diberi nama Aneuk Laot. Danau seluas lebih kurang 30 hektar itu hingga saat ini menjadi sumber air bagi masyarakat Sabang meski ketinggian airnya terus menyusut. Setelah keinginannya terpenuhi, sang putri menceburkan diri ke laut.
Meski tidak ada sumber tertulis yang jelas, keinginan sang putri agar Sabang menjadi daerah yang subur dan indah setidaknya tecermin dari adanya taman laut yang indah di sekitar Sabang. Kondisi yang demikian kenyataannya juga telah memberi penghidupan kepada masyarakat.
****
Pulau Weh atau Sabang telah dikenal dunia sejak awal abad ke-15. Sekitar tahun 1900, Sabang adalah sebuah desa nelayan dengan pelabuhan dan iklim yang baik. Kemudian belanda membangun depot batubara di sana, pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, sehingga tempat yang bisa menampung 25.000 ton batubara telah terbangun.
Kapal Uap, kapal laut yang digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, singgah untuk mengambil batubara, air segar dan fasilitas-fasilitas yang ada lainnya, hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Sebelum Perang Dunia II, pelabuhan Sabang sangat penting dibanding Singapura. Namun, di saat Kapal laut bertenaga diesel digunakan, maka Singapura menjadi lebih dibutuhkan, dan Sabang pun mulai dilupakan.
Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia merencanakan untuk mengembangkan Sabang di berbagai aspek, termasuk perikanan, industri, perdagangan dan lainnya. Pelabuhan Sabang sendiri akhirnya menjadi pelabuhan bebas dan menjadi salah satu pelabuhan terpenting di Indonesia. Tetapi akhirnya ditutup pada tahun 1986 dengan alasan menjadi daerah yang rawan untuk penyelundupan barang.
Awal Januari 2000 Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan Sabang sebagai pelabuhan bebas dan kawasan perdagangan bebas. Barang-barang yang diimpor lewat Sabang bebas pajak. Mobil-mobil mewah asal Singapura dijual murah di kota itu.
Namun, ketika Aceh ditetapkan sebagai daerah operasi militer, aktivitas Sabang sebagai pelabuhan bebas terhenti. Aktivitas pelabuhan bebas makin sepi dengan terbitnya Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) Nomor 610/MPP/Kep/ 10/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Menperindag Nomor 756/MPP/Kep/12/2003 tentang Impor Barang Modal Bukan Baru. Tak boleh lagi ada barang bekas yang boleh masuk dari seluruh daerah perbatasan Indonesia, termasuk Sabang.
Masa-Masa Awal Kemunculan Islam
Halo para pembaca semua akhirnya kita bertemu lagi di artikel kali ini. Selamat tahun baru buat para pembaca semua meski memang agak terlambat. Mudah-mudahan di era tahun 2012 ini kita dapat lebih maju di segala hal terutama masalah beribadah kepada Allah SWT.
Baiklah kali ini saya akan membahas tentang masa-masa pemerintahan Islam dahulu. Dimana pada artikel kali ini saya akan membahas tentang masa pemerintahan di masa Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang profil beliau.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah, kota yang sangat terkenal di dunia hingga sampai saat ini menjadi tempat para umat Islam melaksanakan ibadah Haji hingga saat ini. Beliau lahir tahun 570 M dimana tahun itu bertepatan dengan kegagalan Abrahah, sang penguasa Yaman yang ingin menyerang Ka'bah akibat kemarahannya karena Gerejanya dicorat-coret oleh kotoran manusia yang setelah diselidiki adalah orang gila yang berasal dari Mekkah.
Hal inilah yang menyebabkan Abrahah menyerang kota Mekkah, tepatnya ingin menyerang Ka'bah, tempat peribadahan umat Islam untuk melaksanakan Haji. Abrahah datang dengan pasukan gajah lengkap dengan senjata yang canggih di masa itu. Abdul Muthalib (Kakek Muhammad) selaku ketua suku Quraisy yang letaknya berdekatan dengan Ka'bah memerintahkan semua suku Quraisy untuk mengungsi karena jika melawan pasukan Abrahah sama saja dengan menyerahkan nyawa. Abdul Muthalib berkata kepada semua penduduk "Segeralah cepat mengungsi. Kita tidak mungkin melawan pasukan Abrahah yang begitu banyak. Kita Serahkan saja kepada Tuhan yang menguasai Ka'bah ini"!
Ketika pasukan Abrahah sudah datang ke dekat Ka'bah beliau melihat tidak ada yang penduduk Quraisy yang memberikan perlawanan bahkan rumah-rumah mereka sudah kosong. Akhirnya Abrahah memerintahkan kepada tentara bergajahnya untuk segera menghancurkan Ka'bah. Tetapi anehnya gajah-gajah Abrahah tidak mau melaksanakan perintah itu. Mungkin gajah-gajah itu sudah mengetahui bahwa yang diperintahkan Abrahah adalah perbuatan yang sangat jahat. Saking geramnya dengan gajah-gajahnya yang tidak mau menurut kepadanya, Abrahah memukul gajahnya dengan pentungan. Tentu saja gajahnya berteriak dan melemparkan Abrahah dengan belalainya ke tanah. Untungnya Abrahah hanya sedikit terluka. Abrahah pun semakin heran melihat kelakuan gajah-gajahnya.
Akhirnya sesuai dengan bunyi Al-Fiil ayat 1-6, datanglah burung-burung Ababil yang membawa batu-batu yang terbakar kemudian dilemparkan ke atas mereka. Tentu saja mereka terluka bahkan lama-lama satu persatu pasukan Abrahah mati. Abrahah yang menyaksikan kejadian itu segera lari dari tempat kejadian dengan kondisi terluka namun terlambat beliau dilempari terus hingga tewas dalam perjalanan pulang ke Yaman. Tidak ada yang selamat dalam kejadian itu.
Setelah pasukan Abrahah tewas semua. Kembalilah pengungsi-pengungsi Quraisy ke kampung halamannya dan melihat pasukan-pasukan Abrahah yang tewas. Dan semua penduduk heran terutama Abdul Muthalib yang menyaksikan Ka'bah tetap kokoh berdiri. Dia pun berkata, "Ini semua berkat dari Tuhan pemilik Ka'bah ini yang melindungi Ka'bahnya sehingga tetap berdiri dengan kokoh"! Lalu penduduk Quraisy mulai membersihkan mayat-mayat tentara Abrahah. Beberapa lama kemudian lahirlah Muhammad pada tanggal 20 April 570 M (meski ini tanggal yang belum pasti). Tetapi sayangnya sang ayah, Abdullah meninggal ketika Muhammad masih dalam kandungan ketika melakukan perjalanan dagang di Madinah, yang dulu bernama Yatsrib.
Setelah berumur 6 tahun ibunya, Aminah mengajak Muhammad untuk mengunjungi keluarganya serta makam Ayahnya di Yatsrib. Sekembalinya pulang ke Mekkah, dalam perjalanan Ibunya Aminah menderita sakit dan beberapa hari kemudian meninggal di desa 'Abwa yang terletak tidak jauh dari Yatsrib. Akhirnya beliau diasuh oleh kakeknya sekaligus kepala suku Quraisy, Abdul Muthalib. Seiring berjalan waktu umur kakenya semakin lanjut dan kakeknya memerintahkan paman Muhammad, Abu Thalib untuk mengasuh dan melindungi Muhammad dari segala macam bahaya. Tidak berapa lama kemudian kakeknya pun meninggal. Akhirnya segala tanggung jawab Muhammad menjadi tanggungan Abu Thalib, sang Paman.
Setelah itu, Muhammad disuruh untuk menggembalakan kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan juga selalu menemani Pamannya pergi berdagang ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, Palestina). Setelah beberapa kali ikut dalam perjalanan dagang, Abu Thalib beserta Muhammad bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Bushra yang masih memegang kitab Injil yang asli. Dia melihat Muhammad dengan perasaan heran, sebab ciri-ciri Muhammad sangat cocok dengan kisah Nabi terakhir dalam kitab Injilnya yang masih asli tersebut. Beliau pun berbicara dengan Abu Thalib agar segera membawa pulang anak ini karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi akan membunuh anak ini sebab mereka sedang mencari-cari Nabi terakhir yang dikabarkan dalam Injil yang asli berasal dari bangsa Arab. Mereka kesal karena Nabi terakhir tersebut bukan dari bangsa mereka. Itulah sampai sekarang orang Yahudi selalu memusuhi Islam.
Setelah kejadian itu, Abu Thalib bertambah senang kepada Muhammad dan membawanya kembali pulang ke Mekkah. Setelah menjadi remaja dan mulai beranjak dewasa beliau mempelajari ilmu bela diri dan kemampuan memanah dan berkuda. Begitu juga dengan keterampilan beliau dalam hal berdagang. Hal inilah yang membuat kemampuan dagangnya semakin bertambah dan kejujurannya dalam berdagang. Akhirnya Muhammad pun dipercaya menjadi seorang agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah
Akhirnya kejujuran beliau pun diketahui oleh seorang Janda kaya yang bernama Khadijah. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirimkan barang dagangan ke seluruh pelosok Arab. Reputasi Muhammad yang baik menjadikan Khadijag untuk mempercayakan barang dagangannya untuk dijual dan dijanjikan akan dibayar dua kali lipat. Khadijah pun sangat gembira melihat Muhammad pulang dengan hasil dagang yang lebih dari yang biasanya.
Seiring waktu Muhammad akhirnya jatuh cinta kepada Khadijah, pada waktu itu berumur umur Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berumur 40 tahun tetapi kecantikan Khadijah masih memika Muhammad. Akhirnya mereka menikah meski perbedaan umur dan status yang jauh tetapi tidak menjadi halangan bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan. Tentu saja sejak menikah dengan Khadijah, kekayaan Muhammad menjadi semakin bertambah. Tetapi Muhammad tetap hidup sederhana. Ia menggunakan hartanya untuk hal-hal yang penting saja.
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, banjir besar melanda Ka'bah dan akibatnya Hajar Aswad pun lepas dari tempatnya. Pada saat itu pemuka-pemuka Quraisy berdebat tentang siapa yang meletakkan Hajar Aswad itu ke tempatnya kembali. Muhammad datang dan mengatakan, "Lebih baik kita putuskan barang siapa yang duluan datang ke Masjidil Haram, maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad itu kembali. Setelah dilaksanakan ternyata Muhammad juga yang pertama kali datang ke Masjidil Haram. Akhirnya para pemuka Quraisy menyerah dan menyerahkan peletakan Hajar Aswad kepada Muhammad.
Namun Muhammad tetap bersikap bijaksana. Beliau mengeluarkan sorbannya dan memerintahkan para pemuka Quraisy agar memgang tiap-tiap sudut sorbannya dan Hajar Aswad diletakkan di tengah. Muhammad lalu mengangkat Hajar Aswad tersebut dan menaruhnya kembali ke tempat asalnya. Para pemuka Quraisy akhirnya tersenyum lega dan sangat puas dengan kebijakan Muhammad. Beliau pun dijuluki Al-Amin artinya "orang yang dapat dipercaya".
Pada umur 40 tahun, Muhammad diangkat menjadi Nabi yang terakhir pada tanggal 17 Ramadhan/6Agustus 611 M. Dikisahkan penurunan wahyu kepada Rasulullah terjadi ketika beliau sedang bertapa di Gua Hira Peristiwa pengangkatan sebagai Nabi sekaligus juga sebagai penurunan Alqur'an pertama yaitu Al 'Alaq 1-5. Setelah menerima wahyu tersebut, beliau pun langsung pulang ke rumah. Sesampai di rumah badannya langsung panas-dingin akibat menerima wahyu tersebut. Dan oleh istrinya, Khadijah langsung diselimuti suaminya yang tampak sangat pucat tersebut. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad untuk menemui saudara sepupunya yang juga beragama Nasrani, Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat Nabi terkahir dari kitab suci Agama Nasrani dan Yahudi yang masih asli.
Setelah mendengar berita dari Waraqah, Muhammad beserta istrinya, Khadijah mengucapkan terima kasih dan pulang ke rumah.
Setelah itu, Muhammad dengan secara sembunyi-sembunyi mulai mengajarkan agama Islam yang diwahyukan kepadanya. Orang-orang yang pertama kali mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah : Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash Shiddiq, Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah dan juga Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW juga. Pada waktu pengikutnya masih sedikit, Rasullullah dan para pengikutnya setiap malam berkumpul di rumah Arqam.
Ketika pada awal tahun 613 M, barulah Nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Islam secara terang-terangan karena Umar bin Khattab, (pada waktu itu baru masuk Islam) langsung menyuruh Muhammad untuk menyiarkan agama Islam secara terang-terangan. Hal ini dapat dimaklumi karena Umar bin Khattab di masa dulunya dijuluki "Singa Padang Pasir" oleh karena sifatnya sangat keras, tegas dan tidak takut terhadap siapapun. Karena terus didesak oleh Umar dan Hamzah, akhirnya beliau pun bersedia untuk menyebarkan agama Islam secara terang-terangan.
Berbagai reaksi dari masyarakat Quraisy muncul. Ada yang senang dan ada yang tidak senang. Yang masuk Islam pada waktu itu adalah tokoh-tokoh besar seperti : Abdurrahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Ustman bin Affan dan lain-lain. Tetapi tokoh-tokoh yang tidak senang dengan ajaran tersebut seperti Umayyah bin Khalaf yang menyiks Bilal bin Rabah, budaknya karena masuk Islam. Bilal pun akhirnya dimerdekakan oleh Abu Bakar. Serta Abu Jahal dan paman Muhammad juga, Abu Lahab dan tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Sufyan. Mereka-mereka inilah yang selalu menindas umat Islam bahkan Nabi Muhammad pun hampir saja dibunuh. Namun Allah mengetahui rencan itu dan menyelamatkan Nabi Muhammad.
Meskipun mendapat perlakuan yang semena-mena dari kaum Quraisy tetapi pengikut Muhammad semakin banyak saja. Pengikutnya menyebarkan agama Islam melalui perdagangan ke Syam, Persia. Banyak yang datang langsung ke Mekkah dan Madinah (kota hijrah Muhammad dan pengikutnya) untuk mengetahui ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Salah satu pengikut Muhammad berasal dari Persia, yaitu seorang Ilmuwan bernama Salman Al-Farisi yang kemudian menjadi sahabat Muhammad SAW.
Karena penyiksaan kepada Muhammad dan para pengikutnya semakin menjadi-jadi, turunlah wahyu kepada Muhammad untuk berhijrah dari kota Mekkah. Banyak pengikut Islam berhijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia) karena Raja waktu itu, Negus mempersilahkan untuk berhijrah ke negaranya dan akan melindunginya. Muhammad pun pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah) dengan pengikutnya yang dari Mekkah maupun dari Habsyah.
Baiklah kali ini saya akan membahas tentang masa-masa pemerintahan Islam dahulu. Dimana pada artikel kali ini saya akan membahas tentang masa pemerintahan di masa Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya saya akan membahas sedikit tentang profil beliau.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah, kota yang sangat terkenal di dunia hingga sampai saat ini menjadi tempat para umat Islam melaksanakan ibadah Haji hingga saat ini. Beliau lahir tahun 570 M dimana tahun itu bertepatan dengan kegagalan Abrahah, sang penguasa Yaman yang ingin menyerang Ka'bah akibat kemarahannya karena Gerejanya dicorat-coret oleh kotoran manusia yang setelah diselidiki adalah orang gila yang berasal dari Mekkah.
Hal inilah yang menyebabkan Abrahah menyerang kota Mekkah, tepatnya ingin menyerang Ka'bah, tempat peribadahan umat Islam untuk melaksanakan Haji. Abrahah datang dengan pasukan gajah lengkap dengan senjata yang canggih di masa itu. Abdul Muthalib (Kakek Muhammad) selaku ketua suku Quraisy yang letaknya berdekatan dengan Ka'bah memerintahkan semua suku Quraisy untuk mengungsi karena jika melawan pasukan Abrahah sama saja dengan menyerahkan nyawa. Abdul Muthalib berkata kepada semua penduduk "Segeralah cepat mengungsi. Kita tidak mungkin melawan pasukan Abrahah yang begitu banyak. Kita Serahkan saja kepada Tuhan yang menguasai Ka'bah ini"!
Ketika pasukan Abrahah sudah datang ke dekat Ka'bah beliau melihat tidak ada yang penduduk Quraisy yang memberikan perlawanan bahkan rumah-rumah mereka sudah kosong. Akhirnya Abrahah memerintahkan kepada tentara bergajahnya untuk segera menghancurkan Ka'bah. Tetapi anehnya gajah-gajah Abrahah tidak mau melaksanakan perintah itu. Mungkin gajah-gajah itu sudah mengetahui bahwa yang diperintahkan Abrahah adalah perbuatan yang sangat jahat. Saking geramnya dengan gajah-gajahnya yang tidak mau menurut kepadanya, Abrahah memukul gajahnya dengan pentungan. Tentu saja gajahnya berteriak dan melemparkan Abrahah dengan belalainya ke tanah. Untungnya Abrahah hanya sedikit terluka. Abrahah pun semakin heran melihat kelakuan gajah-gajahnya.
Akhirnya sesuai dengan bunyi Al-Fiil ayat 1-6, datanglah burung-burung Ababil yang membawa batu-batu yang terbakar kemudian dilemparkan ke atas mereka. Tentu saja mereka terluka bahkan lama-lama satu persatu pasukan Abrahah mati. Abrahah yang menyaksikan kejadian itu segera lari dari tempat kejadian dengan kondisi terluka namun terlambat beliau dilempari terus hingga tewas dalam perjalanan pulang ke Yaman. Tidak ada yang selamat dalam kejadian itu.
Setelah pasukan Abrahah tewas semua. Kembalilah pengungsi-pengungsi Quraisy ke kampung halamannya dan melihat pasukan-pasukan Abrahah yang tewas. Dan semua penduduk heran terutama Abdul Muthalib yang menyaksikan Ka'bah tetap kokoh berdiri. Dia pun berkata, "Ini semua berkat dari Tuhan pemilik Ka'bah ini yang melindungi Ka'bahnya sehingga tetap berdiri dengan kokoh"! Lalu penduduk Quraisy mulai membersihkan mayat-mayat tentara Abrahah. Beberapa lama kemudian lahirlah Muhammad pada tanggal 20 April 570 M (meski ini tanggal yang belum pasti). Tetapi sayangnya sang ayah, Abdullah meninggal ketika Muhammad masih dalam kandungan ketika melakukan perjalanan dagang di Madinah, yang dulu bernama Yatsrib.
Setelah berumur 6 tahun ibunya, Aminah mengajak Muhammad untuk mengunjungi keluarganya serta makam Ayahnya di Yatsrib. Sekembalinya pulang ke Mekkah, dalam perjalanan Ibunya Aminah menderita sakit dan beberapa hari kemudian meninggal di desa 'Abwa yang terletak tidak jauh dari Yatsrib. Akhirnya beliau diasuh oleh kakeknya sekaligus kepala suku Quraisy, Abdul Muthalib. Seiring berjalan waktu umur kakenya semakin lanjut dan kakeknya memerintahkan paman Muhammad, Abu Thalib untuk mengasuh dan melindungi Muhammad dari segala macam bahaya. Tidak berapa lama kemudian kakeknya pun meninggal. Akhirnya segala tanggung jawab Muhammad menjadi tanggungan Abu Thalib, sang Paman.
Setelah itu, Muhammad disuruh untuk menggembalakan kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan juga selalu menemani Pamannya pergi berdagang ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, Palestina). Setelah beberapa kali ikut dalam perjalanan dagang, Abu Thalib beserta Muhammad bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Bushra yang masih memegang kitab Injil yang asli. Dia melihat Muhammad dengan perasaan heran, sebab ciri-ciri Muhammad sangat cocok dengan kisah Nabi terakhir dalam kitab Injilnya yang masih asli tersebut. Beliau pun berbicara dengan Abu Thalib agar segera membawa pulang anak ini karena dikhawatirkan orang-orang Yahudi akan membunuh anak ini sebab mereka sedang mencari-cari Nabi terakhir yang dikabarkan dalam Injil yang asli berasal dari bangsa Arab. Mereka kesal karena Nabi terakhir tersebut bukan dari bangsa mereka. Itulah sampai sekarang orang Yahudi selalu memusuhi Islam.
Setelah kejadian itu, Abu Thalib bertambah senang kepada Muhammad dan membawanya kembali pulang ke Mekkah. Setelah menjadi remaja dan mulai beranjak dewasa beliau mempelajari ilmu bela diri dan kemampuan memanah dan berkuda. Begitu juga dengan keterampilan beliau dalam hal berdagang. Hal inilah yang membuat kemampuan dagangnya semakin bertambah dan kejujurannya dalam berdagang. Akhirnya Muhammad pun dipercaya menjadi seorang agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah
Akhirnya kejujuran beliau pun diketahui oleh seorang Janda kaya yang bernama Khadijah. Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirimkan barang dagangan ke seluruh pelosok Arab. Reputasi Muhammad yang baik menjadikan Khadijag untuk mempercayakan barang dagangannya untuk dijual dan dijanjikan akan dibayar dua kali lipat. Khadijah pun sangat gembira melihat Muhammad pulang dengan hasil dagang yang lebih dari yang biasanya.
Seiring waktu Muhammad akhirnya jatuh cinta kepada Khadijah, pada waktu itu berumur umur Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah berumur 40 tahun tetapi kecantikan Khadijah masih memika Muhammad. Akhirnya mereka menikah meski perbedaan umur dan status yang jauh tetapi tidak menjadi halangan bagi mereka untuk melangsungkan pernikahan. Tentu saja sejak menikah dengan Khadijah, kekayaan Muhammad menjadi semakin bertambah. Tetapi Muhammad tetap hidup sederhana. Ia menggunakan hartanya untuk hal-hal yang penting saja.
Ketika Muhammad berusia 35 tahun, banjir besar melanda Ka'bah dan akibatnya Hajar Aswad pun lepas dari tempatnya. Pada saat itu pemuka-pemuka Quraisy berdebat tentang siapa yang meletakkan Hajar Aswad itu ke tempatnya kembali. Muhammad datang dan mengatakan, "Lebih baik kita putuskan barang siapa yang duluan datang ke Masjidil Haram, maka dialah yang berhak meletakkan Hajar Aswad itu kembali. Setelah dilaksanakan ternyata Muhammad juga yang pertama kali datang ke Masjidil Haram. Akhirnya para pemuka Quraisy menyerah dan menyerahkan peletakan Hajar Aswad kepada Muhammad.
Namun Muhammad tetap bersikap bijaksana. Beliau mengeluarkan sorbannya dan memerintahkan para pemuka Quraisy agar memgang tiap-tiap sudut sorbannya dan Hajar Aswad diletakkan di tengah. Muhammad lalu mengangkat Hajar Aswad tersebut dan menaruhnya kembali ke tempat asalnya. Para pemuka Quraisy akhirnya tersenyum lega dan sangat puas dengan kebijakan Muhammad. Beliau pun dijuluki Al-Amin artinya "orang yang dapat dipercaya".
Pada umur 40 tahun, Muhammad diangkat menjadi Nabi yang terakhir pada tanggal 17 Ramadhan/6Agustus 611 M. Dikisahkan penurunan wahyu kepada Rasulullah terjadi ketika beliau sedang bertapa di Gua Hira Peristiwa pengangkatan sebagai Nabi sekaligus juga sebagai penurunan Alqur'an pertama yaitu Al 'Alaq 1-5. Setelah menerima wahyu tersebut, beliau pun langsung pulang ke rumah. Sesampai di rumah badannya langsung panas-dingin akibat menerima wahyu tersebut. Dan oleh istrinya, Khadijah langsung diselimuti suaminya yang tampak sangat pucat tersebut. Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad untuk menemui saudara sepupunya yang juga beragama Nasrani, Waraqah bin Naufal. Waraqah banyak mengetahui nubuat Nabi terkahir dari kitab suci Agama Nasrani dan Yahudi yang masih asli.
Setelah mendengar berita dari Waraqah, Muhammad beserta istrinya, Khadijah mengucapkan terima kasih dan pulang ke rumah.
Setelah itu, Muhammad dengan secara sembunyi-sembunyi mulai mengajarkan agama Islam yang diwahyukan kepadanya. Orang-orang yang pertama kali mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah : Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash Shiddiq, Bilal bin Rabah, Zaid bin Haritsah dan juga Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW juga. Pada waktu pengikutnya masih sedikit, Rasullullah dan para pengikutnya setiap malam berkumpul di rumah Arqam.
Ketika pada awal tahun 613 M, barulah Nabi Muhammad SAW menyiarkan agama Islam secara terang-terangan karena Umar bin Khattab, (pada waktu itu baru masuk Islam) langsung menyuruh Muhammad untuk menyiarkan agama Islam secara terang-terangan. Hal ini dapat dimaklumi karena Umar bin Khattab di masa dulunya dijuluki "Singa Padang Pasir" oleh karena sifatnya sangat keras, tegas dan tidak takut terhadap siapapun. Karena terus didesak oleh Umar dan Hamzah, akhirnya beliau pun bersedia untuk menyebarkan agama Islam secara terang-terangan.
Berbagai reaksi dari masyarakat Quraisy muncul. Ada yang senang dan ada yang tidak senang. Yang masuk Islam pada waktu itu adalah tokoh-tokoh besar seperti : Abdurrahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Ustman bin Affan dan lain-lain. Tetapi tokoh-tokoh yang tidak senang dengan ajaran tersebut seperti Umayyah bin Khalaf yang menyiks Bilal bin Rabah, budaknya karena masuk Islam. Bilal pun akhirnya dimerdekakan oleh Abu Bakar. Serta Abu Jahal dan paman Muhammad juga, Abu Lahab dan tokoh Quraisy lainnya, seperti Abu Sufyan. Mereka-mereka inilah yang selalu menindas umat Islam bahkan Nabi Muhammad pun hampir saja dibunuh. Namun Allah mengetahui rencan itu dan menyelamatkan Nabi Muhammad.
Meskipun mendapat perlakuan yang semena-mena dari kaum Quraisy tetapi pengikut Muhammad semakin banyak saja. Pengikutnya menyebarkan agama Islam melalui perdagangan ke Syam, Persia. Banyak yang datang langsung ke Mekkah dan Madinah (kota hijrah Muhammad dan pengikutnya) untuk mengetahui ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Salah satu pengikut Muhammad berasal dari Persia, yaitu seorang Ilmuwan bernama Salman Al-Farisi yang kemudian menjadi sahabat Muhammad SAW.
Karena penyiksaan kepada Muhammad dan para pengikutnya semakin menjadi-jadi, turunlah wahyu kepada Muhammad untuk berhijrah dari kota Mekkah. Banyak pengikut Islam berhijrah ke Habsyah (sekarang Ethiopia) karena Raja waktu itu, Negus mempersilahkan untuk berhijrah ke negaranya dan akan melindunginya. Muhammad pun pada tahun 622 hijrah ke Yatsrib (sekarang Madinah) dengan pengikutnya yang dari Mekkah maupun dari Habsyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar